Sunday, August 12, 2018

Optimalisasi Potensi Modal Sosial Pemuda Sebagai Agen Perubahan


            Pemuda merupakan elemen penting dalam masyarakat. Keberadaannya dapat dikatakan sebagai jembatan antara rakyat dengan penguasa. Dianggap sebagai kelompok intelek yang memiliki daya pikir kritis, inovatif serta sadar akan tanggung jawab moralnya di masyarakat. Pemuda dilegitimasi sebagai agen perubahan (agent of change). Dalam konteks historis Indonesia pun mendukung hipotesis tersebut. Masih segar di ingatan bagaimana gerakan mahasiswa dan kepemudaan tahun 98’ mampu melakukan sebuah perubahan – reformasi yang sangat dinantikan oleh rakyat yang sudah jengah dengan rezim penguasa. Meskipun telah berlalu hampir dua dekade, memori kolektif tersebut masih utuh berada dalam diri Bangsa Indonesia. Itulah kondisi ideal atau apa yang seharusnya berada dalam diri pemuda – status dan perannya sebagai agen perubahan.
            Namun, realitas menunjukkan bahwa pemuda sekarang bukanlah yang dahulu. Status dan peran yang disandangnya semakin kabur, luntur dan menyimpang. Kualitas pemuda secara individual pun secara kolektif dapat dikatakan memprihatinkan. Sudah sangat langka menemukan pemuda yang tangguh pikiran dan kesadarannya. Bangsa Indonesia kini seakan tidak mampu menghasilkan agen perubahan yang mumpuni. Darma pendidikan dan pengajaran, dan darma tanggung jawab moral yang coba ditransmisikan oleh Bangsa Indonesia seakan tidak diinternalisasi ke dalam diri pemuda. Sehingga pada praksisnya, proses tersebut tidak dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan pemuda sebagai agen perubahan.
            Modal sosial bagi Fukuyama (2005) ialah serangkaian nilai dan norma tidak tertulis yang dipegang bersama oleh suatu kelompok sebagai pondasi kepercayaan yang memungkinkan adanya kerjasama di antara mereka. Dari situ, setidaknya ada tiga unsur yang menjadi indikator kunci dalam mengukur modal sosial: nilai dan norma, kepercayaan dan jaringan. Ketiga unsur tersebut merupakan proses pembentukkan yang saling terkait. Norma-norma di satu sisi melandasi timbulnya – pondasi kepercayaan yang diwadahi oleh sebuah jaringan sosial. Jaringan sosial dapat terbentuk ketika ada norma-norma yang mengikat dan akhirnya menciptakan kepercayan. Kepercayaan mampu melahirkan norma-norma formal dan informal bersama yang disepakati demi membangun jaringan sosial yang lebih luas. Intinya, ketiga unsur modal sosial tidak berdiri sendiri-sendiri. Mereka merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi.
            Untuk mengembalikan kondisi ideal pemuda maka diperlukan optimalisasi potensi modal sosial. Dengan kualitas modal sosial yang baik, proses menjalankan darma bakti Bangsa Indonesia yang bersinergi dengan aspek-aspek ke-ilmuan, ke-Islaman dan ke-Indonesian di Indonesia akan maksimal.
            Berangkat dari hal-hal yang telah diutarakan, saya pikir perlu adanya optimalisasi wadah pembentukan modal sosial pemuda dalam menjalankan Darma Bakti Indonesia dengan mengintegrasikan aspek ke-ilmuan, ke-Islaman dan ke-Indonesian agar berguna bagi kehidupan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa dalam mentransmisikan nilai-nilai ke-ilmuan demi meningkatkan kualitas human capital sehingga tercipta pemuda yang kritis, inovatif, kompeten dan memiliki tanggung jawab moral serta sadar akan perannya sebagai agent of change di masyarakat, yakni memiliki kiat-kiat sebagai berikut:
  •             Membentuk jaringan sosial – bekerja sama dengan instansi pemerintah maupun swasta, kelompok masyarakat dan komunitas kepemudaan di tingkat nasional.
  •         Membangun kepercayaan (Trust Building) dengan pemerintahan, komunitas kepemudaan yang bernilai positif, dan masyarakat agar pemuda tidak lagi dianggap sebagai sampah masyarakat. Membangun kepercayaan tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan pekerjaan dibawah naungan instansi pemerintah, bergabung dengan komunitas kepemudaan yang bernilai positif seperti komunitas minat dan bakat maupun organisasi kepemudaan.
  •              Mendedikasikan diri kepada Bangsa Indonesia dengan turut serta membangun kualitas masyarakat baik dari segi pendidikan, ekonomi, politik, dan penanaman moral seperti kejujuran, gotong royong, saling menolong dan lain-lain.
Kiat-kiat yang pertama secara khusus lebih menekankan upaya membangun relasi sebagai unsur modal sosial jaringan, yang kedua dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali kepercayan (trust building) masyarakat terhadap pemuda – unsur modal sosial kepercayaan, dan yang ketiga lebih mengoptimalkan unsur-unsur nilai dan norma di masyarakat. Selain itu, secara khusus darma bakti kepada Bangsa Indonesia baik darma pendidikan dan pengajaran, dan darma tanggung jawab moral mampu direfleksikan ketiga kiat-kiat tersebut.
Pada pokoknya baik ketiga kiat-kiat yang saya utarakan maupun yang masyarakat inginkan akan berusaha mengoptimalkan potensi modal sosial pemuda dalam membantu masyarakat Indonesia melaksanakan Darma Baktinya yang bersinergi dengan aspek ke-ilmuan, ke-Agamaan dan ke-Indonesiaan. Dengan demikian, diharapkan para pemuda mampu menghasilkan pemuda yang sadar dan paham atas fakta dan gejala permasalahan sosial serta mampu memecahkannya dengan bersandar kepada teori dan aplikasinya. Singkatnya, diharapkan Bangsa Indonesia mampu menghasilkan pemuda sebagai agen perubahan seiring dengan prediksi adanya bonus demografi di tahun mendatang.

No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...