Saturday, February 9, 2019

SENSI KAMPANYE NIKAH MUDA !




Tulisan ini dibuat atas tanggapan beberapa poster kampanye nikah muda yang ada di akun instagram @negeriakhirat beberapa waktu lalu.

  

Lelah kerja? Nikah”
“Bokek? Nikah”


Monmaap nih, ngana sehatkan? Gue kalau lelah kerja, Alhamdulillah ngga ada kepikiran pengin buru-buru nikah. Yang ada pengin liburan, pengin ndusel, pengin uwel-uwel. Ehhh

Udah nahan diri buat ngga ikut celoteh soal nikah-nikah apalagi soal mereka yang giat kampanye nikah muda. Tapi kok ya, ini kelamaan menghina akal sehat aja sih. Hmmm..

ASELI, gue ngga ada masalah sama sekali sama mereka yang memilih menikah muda. Sama sekali ngga ada. Kenapa? Karena gue termasuk orang yang sangat menjunjung tinggi kebebasan individu untuk menentukan pilihan hidupnya. (jadi buat yang mikir gue meng-ignore seseorang karena dia nyakitin orang terdekat gue, bisa dipastikan itu salah. Gue ora urus urusan orang lain, apalagi perasaan orang lain) eh tuh kan jadi gak fokus. 
 
Jadi gini, sekali lagi gue gak masalah sama pilihan sadar seseorang untuk nikah muda. Bebas cuy. Sama halnya, mau nikah muda kek, mau tua kek, bahkan untuk tidak menikah sekalipun. Tapi gue masalah dengan cara mereka kampanye nikah muda ini loh. Kenapa? Ayo kita bahas.

Masalahnya adalah kampanye nikah muda ini benar-benar mengabaikan akal sehat dan kompetensi para perempuan. Kenapa? Coba perhatikan poster-poster di akun yang gue share tadi. Perempuan malas kerja? Ya nikah. Perempuan bokek? Ya nikahh. Serius deh apa itu gak penghinaan?
 
Menikah juga dianggap sebagai satu-satunya solusi atas ketidak mandirian ekonomi para perempuan. Padahal diluar sana ada banyak loh, perempuan yang jadi tulang punggung keluarganya. Iya gaak?

Gue misalnya menganggap pernikahan itu sebagai kontrak. Nah yang namanya kontrak itu kan ada negosiasi dan tawar menawar yang kemudian disepakati kedua belah pihak. Kalau udah deal, yaudah cus nikah.

Coba bayangin aja kalau perempuan yang mau nikah muda ini, semata-mata karena mau dinafkahin dan malas. Apa gak turun tuh posisi tawar kita sebagai perempuan?
Akhirnya ya bener yang dibilang simone de behavior kalau perempuan ini juga the second sex. Kita akhirnya jadi budak dan pelayan aja untuk si suami. Dibayar? Oh jelas syurga bayarannya.

“saya tahu bahwa posisi saya diciptakan oleh seorang laki-laki. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur yang bebas dari pada menjadi seorang istri yang diperbudak” –Firdaus, perempuan dititik nol-

Salah satu kutipan firdaus, tokoh dalam novel perempuan dititik nol. Jangan dulu misuh-misuh coba cermati dengan baik, ada benarnya juga itu yang firdaus bilang. (siap dihujat liberal)
Belum lagi data dilapangan yang memperlihatkan bentuk KDRT yang tinggi juga salah satunya kekerasan ekonomi. Saya sedang tidak kampanye perempuan menikah untuk bekerja loh bukan itu point nya. Tapi perempuan yang cuma manut-manut, yang tidak punya kompetensi, yang hanya menghamba pada suami, itu rawan sekali jadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Iya dong, logikanya budaya patriarki ini loh, tanpa didukung kekuatan ekonomi saja, laki-laki sudah sangat superior, coba ditambah kekuatan ekonomi dan ketidakmampuan dia untuk memanusiakan manusia. Bisa bayangkan? Coba cek data catahu komnas perempuan untuk tahu detail datanya.

Saya juga tidak bilang semua laki-laki kaya itu patriarki loh. Tapi saya sedang bahas fenomena yang sering terjadi belakangan ini.

Alasan lain untuk nikah muda yang cukup ramai yaitu “menghindari zina”. Hehehe ngana pikir nikah itu cuma urusan ngangkang doang? Kompleksitas pernikahan yang rumit bagi gue gak bisa disederhanakan karena untuk menghindari zina. Gak sesederhana itu lah.

Lama—lama kampanye nikah muda ini hanya terus bergumul pada seputrar ketakutan dan ketidak mandirian secara ekonomi. Intinya kalau gitu, nikah muda ini diperuntukan bagi mereka yang takutan, sangean, malas, gak mau usaha, gak punya mimpi, intinya manusia yang wis hidup ougah, mati tak mau. Apa ini gak penghinaan banget coba?

Sekali lagi ya sahabat sekalian, gue sama sekali gak masalah sama mereka yang nikah muda. Selama pilihan menikah adalah atas pilihan sadar.
Tapi yang bikin gue geram ya soal cara mereka yang kampanye nikah muda ini loh. Menjadikan perempuan terus diobjektifikasi, dicitrakan lemah dan malas. Ini benar-benar menghina akal sehat dan mengabaikan kompetensi yang dimiliki perempuan lain diluar sana. Sekian !

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...