Tulisan ini dibuat atas tanggapan beberapa
poster kampanye nikah muda yang ada di akun instagram @negeriakhirat
beberapa waktu lalu.


“Lelah kerja? Nikah”
“Bokek? Nikah”
Monmaap nih, ngana sehatkan? Gue kalau lelah
kerja, Alhamdulillah ngga ada kepikiran pengin buru-buru nikah. Yang ada pengin
liburan, pengin ndusel, pengin uwel-uwel. Ehhh
Udah nahan diri buat ngga ikut celoteh soal
nikah-nikah apalagi soal mereka yang giat kampanye nikah muda. Tapi kok ya, ini
kelamaan menghina akal sehat aja sih. Hmmm..
ASELI, gue ngga ada masalah sama sekali sama
mereka yang memilih menikah muda. Sama sekali ngga ada. Kenapa? Karena gue termasuk orang yang sangat
menjunjung tinggi kebebasan individu untuk menentukan pilihan hidupnya. (jadi
buat yang mikir gue meng-ignore seseorang karena dia nyakitin orang terdekat
gue, bisa dipastikan itu salah. Gue ora urus urusan orang lain, apalagi
perasaan orang lain) eh tuh kan jadi gak fokus.
Jadi gini, sekali lagi gue gak masalah sama
pilihan sadar seseorang untuk nikah muda. Bebas cuy. Sama halnya, mau nikah
muda kek, mau tua kek, bahkan untuk tidak menikah sekalipun. Tapi gue masalah dengan cara mereka kampanye
nikah muda ini loh. Kenapa? Ayo kita bahas.
Masalahnya adalah kampanye nikah muda ini
benar-benar mengabaikan akal sehat dan kompetensi para perempuan. Kenapa? Coba perhatikan
poster-poster di akun yang gue share tadi. Perempuan malas kerja? Ya nikah. Perempuan
bokek? Ya nikahh. Serius deh apa itu gak penghinaan?
Menikah juga dianggap sebagai satu-satunya
solusi atas ketidak mandirian ekonomi para perempuan. Padahal diluar sana ada
banyak loh, perempuan yang jadi tulang punggung keluarganya. Iya gaak?
Gue misalnya menganggap pernikahan itu
sebagai kontrak. Nah yang namanya kontrak itu kan ada negosiasi dan tawar
menawar yang kemudian disepakati kedua belah pihak. Kalau udah deal, yaudah cus
nikah.
Coba bayangin aja kalau perempuan yang mau nikah muda ini, semata-mata karena mau dinafkahin dan malas. Apa gak turun tuh posisi tawar kita sebagai perempuan?
Akhirnya ya bener yang dibilang simone de behavior
kalau perempuan ini juga the second sex. Kita akhirnya jadi budak dan
pelayan aja untuk si suami. Dibayar? Oh jelas syurga bayarannya.
“saya tahu bahwa posisi saya diciptakan oleh
seorang laki-laki. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi
seorang pelacur yang bebas dari pada menjadi seorang istri yang diperbudak” –Firdaus,
perempuan dititik nol-
Salah satu kutipan firdaus, tokoh dalam novel
perempuan dititik nol. Jangan dulu misuh-misuh coba cermati dengan baik, ada
benarnya juga itu yang firdaus bilang. (siap dihujat liberal)
Belum lagi data dilapangan yang memperlihatkan
bentuk KDRT yang tinggi juga salah satunya kekerasan ekonomi. Saya sedang tidak
kampanye perempuan menikah untuk bekerja loh bukan itu point nya. Tapi perempuan
yang cuma manut-manut, yang tidak punya kompetensi, yang hanya menghamba pada
suami, itu rawan sekali jadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Iya dong,
logikanya budaya patriarki ini loh, tanpa didukung kekuatan ekonomi saja,
laki-laki sudah sangat superior, coba ditambah kekuatan ekonomi dan
ketidakmampuan dia untuk memanusiakan manusia. Bisa bayangkan? Coba cek data
catahu komnas perempuan untuk tahu detail datanya.
Saya juga tidak bilang semua laki-laki kaya
itu patriarki loh. Tapi saya sedang bahas fenomena yang sering terjadi
belakangan ini.
Alasan lain untuk nikah muda yang cukup ramai
yaitu “menghindari zina”. Hehehe ngana pikir nikah itu cuma urusan ngangkang
doang? Kompleksitas pernikahan yang rumit bagi gue gak bisa disederhanakan
karena untuk menghindari zina. Gak sesederhana itu lah.
Lama—lama kampanye nikah muda ini hanya terus
bergumul pada seputrar ketakutan dan ketidak mandirian secara ekonomi. Intinya kalau
gitu, nikah muda ini diperuntukan bagi mereka yang takutan, sangean, malas, gak
mau usaha, gak punya mimpi, intinya manusia yang wis hidup ougah, mati tak mau.
Apa ini gak penghinaan banget coba?
Sekali lagi ya sahabat sekalian, gue sama
sekali gak masalah sama mereka yang nikah muda. Selama pilihan menikah adalah
atas pilihan sadar.
Tapi yang bikin gue geram ya soal cara mereka
yang kampanye nikah muda ini loh. Menjadikan perempuan terus diobjektifikasi,
dicitrakan lemah dan malas. Ini benar-benar menghina akal sehat dan mengabaikan
kompetensi yang dimiliki perempuan lain diluar sana. Sekian !
No comments:
Post a Comment