Keberhasilan Gerakan Sosial
Gerakan Indonesia Mengajar
Pendidikan merupakan
dunia dimana di dalamnya terdapat kegiatan belajar-mengajar atau antara guru
dengan murid. Persepsi kita terhadap seorang guru identik dengan sosok yang
memberikan baik pengetahuan ilmiah maupun moral dari kemampuan yang
dimilikinya. Sedangkan murid dipandang sebagai penerima – terlepas dari sifat
aktif dan pasif - pengetahuan yang diberikan oleh guru. Secara sederhana,
pengertian pendidikan dapat dirujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dari pengertian yang diberikan kamus ini terkandung tiga unsur pokok penting:
1) pendidikan sebagai proses; 2) transformasi kepribadian; 3) pengajaran dan
pelatihan sebagai aktivitas manusiawi.
Ketiga unsur tersebut merepresentasikan
bahwa pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mengaktifkan potensi manusiawi yang meliputi, religius agama, berakhlak mulia,
berkepribadian, kecerdasan, dan kemampuan mengatasi permasalahan yang muncul baik
dari lingkungan sosial dan fisik. Lembaga pendidikan dalam masyarakat adalah
sekolah. Pendidikan formal seperti sekolah memfasilitasi kemajuan baik secara
ekonomi politik dan budaya dalam suatu negara yang dihasilkan dari sumberdaya
manusia yang sudah tercerahkan. Negara-negara modern dan maju manapun memiliki
ciri-ciri tingkat kecerdasan masyarakatnya yang hanya bisa direalisasikan
melalui pendidikan.
Kepekaan para the founding fathers bangsa Indonesia
terhadap pentingnya mencerdasakan masyarakat bagi kemajuan Indonesia, setelah
merebut kemerdekaan dari tangan penjajah maka disusunlah Undang-Undang Dasar
1945 sebagai landasan bagi penyelenggaraan pemerintah dan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Untuk menjamin terwujudnya kecerdasan bangsa, kemudian
mengamanatkan pemerintah untuk mengemban tugas-tugas pokok: 1) melindungi
segenap banga Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2) memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jauh kedepan setelah era the founding fathers,
kebijakan-kebijakan pemerintah berikutnya telah banyak berkontribusi dalam
menjamin kecerdasan kehidupan bangsa, misalnya; perempuan dilibatkan sebagai
peserta didik bahkan diperbolehkan menjadi tenaga pengajar, wajib belajar 9
tahun diikuti dengan program beasiswa bagi mereka yang tidak mampu secara
ekonomi, program beasiswa dibidik kepada mereka yang berprestasi dalam bidang
akademik dan non-akademik dan lain
sebagainya.
Gerakan
Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh penggiat pendidikan Anies Baswedan sebagai respon
terhadap kondisi pendidikan Indonesia yang sudah terhempas keluar dari jalur
visi mencerdaskan bangsa. Langkah maju untuk menjawab tantangan dunia
pendidikan Indonesia pada saat ini. Melalui gerakan ini, permasalahan yang
menghambat kualitas pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab kita
bersama. Asumsi bahwa melalui peningkatan kualitas dunia pendidikan yang lebih
baik memiliki dampak bagi pembangunan masyarakat baik secara ekonomi, politik dan budaya. Dengan ini, Masalah yang
berkenaan dengan jalannya pendidikan adalah masalah bersama dan produktifitas
pendidikan yang baik akan menjadi keuntungan bersama.
Berdasarkan sejarah pembentukannya, (lihat
link indonesiamengajar.org) Ide awal Indonesia mengajar berasal dari Anies
Baswedan. Pergaulan, keterlibatan di berbagai aktivitas kemahasiswaan dan kecakapan
belajar-Nya mampu mempengaruhi jalan pemikiran pada perenungan tentang masa
depan dunia pendidikan Indonesia; 1) kemerdekaan Indonesia yang menjanjikan
mencerdaskan kehidupan bangsa masih belum terlaksana, terutama di
pelosok-pelosok negeri. 2) kepemimpinan yang nyata muncul dari tinggal dan
berinteraksi. Inilah dua unsur pentig yang menumbuhkan semangatNya untuk
menjadikan Indonesia lebih baik dalam dunia pendidikan.
Pelaksanaan festival yang diselenggarakan
oleh Gerakan Indonesia Mengajar (pada tanggal 05-06/10/2013) di Ecovention
Hall, Ancol, Jakarta Utara, tercatat lebih dari 4000 peserta telah mendaftarkan
diri sebagai relawan festival (lihat kompas.com, Latief, 2013). Lebih lanjut,
Festival ini sebagai wadah multiaktivasi GIM, baru pertama ada di Indonesia,
meliputi kegiatan; kotak cakrawala, kartupedia, kemas-kemas sains, teater
dongeng, dan melodi ceria. Kelima kegiatan yang terdapat di dalam festival GIM
adalah belajar dan mengajar. Kepedulian masyarakat terhadap kondisi dunia
pendidikan yang masih dibawah standar penetapan UNESCO terlihat pada data
peserta festival GIM. Berkat dukungan masyarakat, Gerakan Indonesia Mengajar telah
banyak mengalami kemajuan, berkontribusi dalam menjamin kecerdasan bangsa yang
merupakan janji kemerdekaan Indonesia terkandung dalam UUD 1945.
Menurut laporan UNESCO (lihat link www.dw.de, Gaby, 2014) guru dan pelajaran adalah
kunci pendidikan dunia. Antaranews mengabarkan dunia pendidikan Indonesia pada
saat ini sedang dalam kondisi gawat darurat yang muncul dari pernyataan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada saat diwawancarai (Puspa, 2014).
Lebih lanjut, pertemuan yang dihadiri oleh dinas pendidikan provinsi,
kabupaten/kota se-Indonesia di kantor KemendikBud, senin tanggal 1-12-2014, dalam
pemaparan materi yang disampaikan oleh Anies Baswedan bahwa hasil buruk dunia pendidikan
Indonesia disebabkan oleh fakta-fakta (lihat kompas.com, Robertus, 2014):
1)Sebanyak 75% sekolah di Indonesia tidak
memenuhi standar layanan minimal pendidikan; 2)Nilai rata-rata kompetensi guru
di Indonesia hanya 44,5, padahal nilai standar kompetensi guru adalah adalah
75; 3)Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas
pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve; 4)Dalam pemetaan di bidang
pendidikan tinggi Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti;
5)Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang
dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment
(PISA)…tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA…cenderung stagnan;
6)Indonesia menjadi peringkat 103 dunia…angka kekerasan yang melibatkan siswa
di dalam dan di luar sekolah di Indonesia…
Masalah yang dihadapi dunia Pendidikan
Indonesia berdasarkan fakta-fakta yang disajikan di atas berkaitan dengan mutu
pendidikan meliputi layanan sekolah yang masih belum memadai, kualitas guru itu
sendiri yang dinilai masih kurang, terbatasnya akses pendidikan dikarenakan
tidak didukung oleh infrastruktur yang tidak memadai khususnya di daerah-daerah
Indonesia yang terpencil, lemahnya regulasi dari pihak sekolah terhadap peserta
didik sehingga seringkali terlibat dalam kekerasan seperti tauran antar pelajar
di luar batas lingkungan sekolah, rekruitmen anggota baru geng yang melibatkan kekerasan berikut benturan antar geng di dalam sekolah, dan potensi untuk
menjadi sarang peredaran narkoba. Dengan ini, Sudahkah kita sebagai rakyat
Indonesia memberikan apresiasi kepada pemerintah atas kondisi dunia pendidikan
pada saat ini?
Standar yang diberlakukan oleh UNESCO dalam menilai
kualitas pendidikan Indonesia. Kualitas guru masih dinilai kurang, terbatasnya
tenaga pengajar yang tersedia di daerah terpencil dan kesedian guru untuk
mengajar anak-anak yang putus sekolah sangat minim. Dengan ini, Anies Baswedan
menyatakan bahwa buruknya dunia pendidikan Indonesia bukan hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah, akan tetapi ini adalah tanggung jawab kita (lihat
AntaraNews, Puspa, 2014). Dengan ini, permasalahan yang diangkat menitik beratakan pada persoalan, apa yang menjelaskan keberhasilan Gerakan Indonesia
Mengajar (GIM)?
Munculnya Gerakan
Indonesia Mengajar (GIM) berikut perkembangannya membuat kita bertanya-tanya
sebenarnya apa yang memotivasi seseorang untuk ikut terlibat dalam aksi
kolektif terlebih hanya sebatas tenaga pengajar sukarela. Kita semua mengetahui
bahwa masyarakat modern sudah terinfeksi budaya materialis. Budaya ini
mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang dalam konteks sosial. Rasionalitas
adalah manifestasinya. Seseorang akan memiliki berbagai pertimbangan berkaitan
dengan perhitungan untung-rugi ketika berhubungan dengan orang lain. Dengan ini, Setiap orang akan
memaksimalkan keuntungan dan menjauhi kerugian inheren dalam masyarakat modern.
Proses pembingkaian
dalam literatur gerakan sosial dan aksi kolektif diyakini mampu menjawab dan menjelaskan keberhasilan Gerakan
Indonesia Mengajar. Menurut Snow dan Benford pada awalnya konsep pembingkaian
atau frame pertama diperkenalkan oleh Erving Goffman, dalam melihat bagaimana
aktor-aktor membuat rasa dunia sosial mereka (editor Enrique dkk, 1994, h. 190).
Untuk Goffman, frame memiliki fungsi penafsiran terhadap dunia luar yang
dimaksudkan sebagai cara memobilisasi pengikut potensial dan untuk melumpuhkan
antagonis (Benford dan Snow, 2000, h. 614). Dengan ini, pembingkaian adalah
entitas yang fokus pada realitas, sedangkan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
dukungan adalah sebagai cara atau upaya yang digunakan untuk mengartikulasikan
realitas – framing process.
Snow dan
kolega-kolegaNya mendefinisikan proses pembingkaian adalah upaya-upaya
strategis yang dilakukan secara sadar oleh sekelompok orang untuk menampilkan pemahaman
yang sama mengenai dunia dan diri mereka sendiri, yang melegitimasi dan
memotivasi aksi-aksi kolektif (editor Quintan, 2012, h. 17). Dengan perkataan
lain, seperangkat instrumen pemaknaan dan keyakinan bersama yang menginspirasi
aksi kolektif. Dengan ini jelas bahwa framing
process berkaitan dengan gerakan sosial dan bertanggungjawab terhadap
mobilisasi sumberdaya.
Ketidaksesuaian antara
fakta-fakta empiris dan janji-janji bangsa yang terkadung dalam UUD 1945
tentang mencerdaskan kehidupan bangsa, didefinisikan sebagai frame nasionalisme. Kebutuhan akan
perubahan yang sejalan dengan cita-cita bangsa mendorong orang lain untuk
bertindak dalam merealisasikan perubahan yang dimaksudkan. Mobilisasi
sumberdaya GIM beroperasi melalui proses sosialisasi. Florance Passy
(Donatella, 2006, h. 118-119) membedakan tiga jenis proses dalam mempengaruhi
partisipasi aksi-aksi kolektif; sosialisasi, hubungan struktural, dan fungsi
membentuk jaringan dalam proses mobilisasi.
Melalui sosialisasi,
penggiat aksi-aksi kolektif berusaha menguraikan realitas yang bermakna kepada
orang-orang untuk memahami isu-isu sosial yang sesuai dengan upaya kolektif.
Pemahaman bersama memungkinkan orang-orang menjadi bagian dari aksi kolektif
ditandai dengan aktualisasi tindakan mereka. Hubungan struktural yang dimaksud
adalah keterbukaan peluang bagi seseorang karena berhubungan dengan
organisasi-organisasi dan oranglain yang sudah terlibat atau berpartisipasi
dalam aksi-aksi kolektif. Berikutnya adalah pembentukan jaringan menentukan
mobilisasi sumberdaya, hal ini sangat tergantung pada sifat dan karakteristik
suatu gerakan sosial dan aksi kolektif dalam memposisikan kolektifitasNya di
ruang publik. Dengan ini, tiga proses mobilisasi sumberdaya yang dibedakan oleh
Florance pada konteks GIM proses sosialisasi adalah strategi yang digunakan sejauh
penjelasan data-data yang tersaji.
Berdasarkan cara yang dicapai, sosialisasi
diklasifikasikan menjadi dua bentuk; sosialisasi represif dan sosialisasi
partisipatif. Sosialisasi represif ialah menekankan pada kepatuhan dan
memberikan hukuman kepada perilaku yang dianggap keliru, sebaliknya, menekankan
otonomi dan memberi imbalan terhadap perilaku yang sesuai adalah sosialisasi
partisipatif (Damsar, 2011,h. 68). Pada konteks gerakan sosial, partisipatif
adalah cara yang dicapai oleh GIM dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan besar
dari masyarakat. Secara eksplisit, Pernyataan Anies tentang kondisi dunia
pendidikan Indonesia pada saat ini yang buruk bukan menjadi tanggung jawab
pemerintah, melainkan kita sebagai bangsa Indonesia. Perkataan kita telah
merepresentasikan keotonomian seluruh rakyat Indonesia untuk turut mengambil
andil dalam pembenahan dunia pendidikan yang sedang mengalami kegagalan. Secara
implisit, festival belajar-mengajar yang diadakan oleh GIM terdapat indikasi
bahwa aksi kolektif ini sebagai saluran relasi sosial bagi pendaftar. Dengan
ini, motivasi yang dibangun oleh Anies Baswedan terhadap masyarakat menumbuhkan
semangat nasionalisme sebagai tanggungjawab bersama demi keutuhan dan
keberlanjutan yang lebih baik dunia pendidikan Indonesia.
Proses pembingkaian bersama mobilisasi sumberdaya.
Konstruksi
semangat nasionalisme untuk aksi-aksi kolektif akan terkait dengan perasaan
aktor. Hubungan negatif antara rasionalitas masyarakat dan peran perasaan
psikologis para aktor tidak mendukung mobilisasi sumberdaya. Tindakan sukarela
dari aktor dalam masyarakat modern tampaknya sangat berlebihan untuk
diungkapkan. Oleh karena itu, menimbang rasionalitas masyarakat, munculnya
gerakan sosial terhadap isu-isu sosial politik tertentu diikuti dengan
komunikasi dan organisasi yang canggih. Rajendra dalam buku Menuju Gerakan
Sosial Baru (GSB) menjelaskan bahwa gerakan kontemporer adalah sebuah sistem
yang terorganisir secara rasional (2002, h. 26). Dengan ini, tidak menutup
kemungkinan bahwa, aktor-aktor yang termobilisasi dalam suatu aksi kolektif
dapat dikatakan rasional.
Menurut Tilly dan rekan-rekannya
(Rajendra, 2002, h. 29) bersepakat
karakteristik dan sifat gerakan sosial sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan masyarakat. Gerakan Indonesia Mengajar mentransformasikan
penyelenggaraan festival yang diikuti oleh peserta pendaftar menjadi medan undangan
seruan-seruan yang disengaja oleh organisasi dan undangan pertemuan
organisasi-organisasi lain. Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Anies
Baswedan pada awalnya merupakan organisasi formal yang memiliki strutur
birokratis yang jelas. Dengan ini, sumberdaya yang tersedia bagi mobilisasi
Gerakan Indonesia Mengajar tidak sebagai aktor-aktor yang terceraiberai
melainkan aktor-aktor yang menghimpun diri dalam bentuk asosiasi-asosiasi
otonom dan memiliki kepentingan yang sejalan dengan kepentingan tujuan kolektif
dari GIM.
Proses sosialisasi yang
dikemas dengan komunikasi yang cakap terhadap isu-isu yang diangkat di
permukaan publik akan mendukung keberhasilan aksi kolektif ditandai dengan
partisipasi asosiasi dalam masyarakat. Startegi Indonesia Mengajar untuk
memobilisasi sumberdaya menggunakan aktor politik yaitu Anies Baswedan yang
menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Budaya. Penggunaan aktor politik
relevan dengan upaya strategis yang digunakan gerakan sosial klasik, asumsi
bahwa kefektifan dan keberhasilan aksi kolektif dipahami dalam arti...aktornya
dikenali sebagai tokoh politik (Rajendra,
2002, h. 27). Dengan ini, GIM merupakan kombinasi gerakan sosial klasik
dan baru yang rasional melibatkan pengorganisasian asosiasi-asosiasi masyarakat
sebagai sumberdaya potensial melalui proses sosialisasi yang dilakukan oleh
aktor politik.
Kemunculan Gerakan
Indonesia Mengajar tidak dimotori oleh keadaan konflik atau konfliktual Indonesia.
Mario Diani (Donatella, 2006, h. 20-21) mengklasifikasikan tiga mekanisme
melalui mana aktor terlibat dalam tindakan kolektif: 1)terlibat dalam hubungan
konflik dengan identifikasi lawan yang jelas; 2) dihubungkan oleh jaringan yang
padat; 3)berbagi identitas yang berbeda. Mekanisme kemunculan GIM berpraanggapan
didukung oleh perkembangan identitas kolektif.
Gerakan Indonesia
Mengajar bercirikan gerakan sosial baru yang bersifat rasional – terorganisasi
dan kecakapan komunikasi. Organisasi formal yang di prakarsai oleh Anies
Baswedan yang berorientasi pendidikan mengambil tempat keberhasilannya menjadi
aksi kolektif pada penyelenggaraan festival Indonesia Mengajar sebagai cara
menghimpun dan mengorganisasi keberadaan asosiasi atau organisasi lainnya yang
serupa. Lebih lanjut, Mario Diani memperlakukan identitas kolektif berhubungan
dengan pengakuan yang menjadi keterhubungan. Pada setiap aktor penggiat
pendidikan di Indoensia melalui penyelenggaraan festival Indonesia Mengajar
akan membawa komitmen berikut tujuan bersama yang bertendensi mengakui bahwa
akan saling terhubung dengan aktivis pendidikan lainnya. Dengan ini, identitas
kolektif adalah mekanisme dengan mana aktor atau asosiasi terlibat dalam
Gerakan Indonesia Mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Perwitasari, Puspa, Mendikbud:
Pendidikan Indonesia Dalam Kondisi Gawat Darurat, AntaraNews.com, 2014,
[dilihat pada tanggal 29 Juni 2017]. http://www.antaranews.com/berita/467070/mendikbud--pendidikan-indonesia-dalam-kondisi-gawat-darurat
Belarminus,
Robertus, Anies Baswedan Sebut Pendidikan
Indonesia Gawat Darurat, Kompas.com, 2014, [dilihat pada tanggal 29 Juni
2017]. http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/01/13455441/anies.baswedan.sebut.pendidikan.indonesia.gawat.darurat
Reucher,
Gaby, UNESCO Peringatkan Krisis Pendidikan
Dunia, 2014, [dilihat pada tanggal 29 Juni 2017]. http://www.dw.de/unesco-peringatkan-krisis-pendidikan-dunia/a-17394084
Latief, Tertarik Menjadi Relawan Festival Gerakan
Indonesia Mengajar, Kompas.com, 2013, [dilihat pada tanggal 30 Juni 2017 ]. http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/03/1359510/Tertarik.Menjadi.Relawan.Festival.Gerakan.Indonesia.Mengajar.
Larana,
Enrique, Johnston Hank, dan Joseph R Gusfield (editor), New Social Movements From Ideology to Identity, edk 1,
Philadelphia: Temple University Press, 1994.
Benford, D
Robert dan David, A Snow, Framing
Processes And Social Movements: An Overview And Assessment,
Annu.Rev.Sociol.hal: 611-639, 2000.
Wiktorowicz,
Quintan (editor), Aktivisme Islam:
Pendekatan Teori Gerakan Sosial, trans Nurul Agustina dan Ihsan Ali-Fauzi,
edk digital, Jakarta: Democracy Project yayasan Abad Demokrasi, 2012.
Porta, Della
Donatella dan Mario Diani, Social
Movements An Introduction, edk 2, Blackwell Publishing, 2006.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.
No comments:
Post a Comment