Friday, August 3, 2018

Gerakan Indonesia Mengajar


Keberhasilan Gerakan Sosial
 Gerakan Indonesia Mengajar

Pendidikan merupakan dunia dimana di dalamnya terdapat kegiatan belajar-mengajar atau antara guru dengan murid. Persepsi kita terhadap seorang guru identik dengan sosok yang memberikan baik pengetahuan ilmiah maupun moral dari kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan murid dipandang sebagai penerima – terlepas dari sifat aktif dan pasif - pengetahuan yang diberikan oleh guru. Secara sederhana, pengertian pendidikan dapat dirujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian yang diberikan kamus ini terkandung tiga unsur pokok penting: 1) pendidikan sebagai proses; 2) transformasi kepribadian; 3) pengajaran dan pelatihan sebagai aktivitas manusiawi.
Ketiga unsur tersebut merepresentasikan bahwa pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengaktifkan potensi manusiawi yang meliputi, religius agama, berakhlak mulia, berkepribadian, kecerdasan, dan kemampuan mengatasi permasalahan yang muncul baik dari lingkungan sosial dan fisik. Lembaga pendidikan dalam masyarakat adalah sekolah. Pendidikan formal seperti sekolah memfasilitasi kemajuan baik secara ekonomi politik dan budaya dalam suatu negara yang dihasilkan dari sumberdaya manusia yang sudah tercerahkan. Negara-negara modern dan maju manapun memiliki ciri-ciri tingkat kecerdasan masyarakatnya yang hanya bisa direalisasikan melalui pendidikan.
Kepekaan para the founding fathers bangsa Indonesia terhadap pentingnya mencerdasakan masyarakat bagi kemajuan Indonesia, setelah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah maka disusunlah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan bagi penyelenggaraan pemerintah dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menjamin terwujudnya kecerdasan bangsa, kemudian mengamanatkan pemerintah untuk mengemban tugas-tugas pokok: 1) melindungi segenap banga Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jauh kedepan setelah era the founding fathers, kebijakan-kebijakan pemerintah berikutnya telah banyak berkontribusi dalam menjamin kecerdasan kehidupan bangsa, misalnya; perempuan dilibatkan sebagai peserta didik bahkan diperbolehkan menjadi tenaga pengajar, wajib belajar 9 tahun diikuti dengan program beasiswa bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi, program beasiswa dibidik kepada mereka yang berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik dan  lain sebagainya.
Gerakan Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh penggiat pendidikan Anies Baswedan sebagai respon terhadap kondisi pendidikan Indonesia yang sudah terhempas keluar dari jalur visi mencerdaskan bangsa. Langkah maju untuk menjawab tantangan dunia pendidikan Indonesia pada saat ini. Melalui gerakan ini, permasalahan yang menghambat kualitas pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama. Asumsi bahwa melalui peningkatan kualitas dunia pendidikan yang lebih baik memiliki dampak bagi pembangunan masyarakat baik secara ekonomi,  politik dan budaya. Dengan ini, Masalah yang berkenaan dengan jalannya pendidikan adalah masalah bersama dan produktifitas pendidikan yang baik akan menjadi keuntungan bersama.
Berdasarkan sejarah pembentukannya, (lihat link indonesiamengajar.org) Ide awal Indonesia mengajar berasal dari Anies Baswedan. Pergaulan, keterlibatan di berbagai aktivitas kemahasiswaan dan kecakapan belajar-Nya mampu mempengaruhi jalan pemikiran pada perenungan tentang masa depan dunia pendidikan Indonesia; 1) kemerdekaan Indonesia yang menjanjikan mencerdaskan kehidupan bangsa masih belum terlaksana, terutama di pelosok-pelosok negeri. 2) kepemimpinan yang nyata muncul dari tinggal dan berinteraksi. Inilah dua unsur pentig yang menumbuhkan semangatNya untuk menjadikan Indonesia lebih baik dalam dunia pendidikan.
Pelaksanaan festival yang diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Mengajar (pada tanggal 05-06/10/2013) di Ecovention Hall, Ancol, Jakarta Utara, tercatat lebih dari 4000 peserta telah mendaftarkan diri sebagai relawan festival (lihat kompas.com, Latief, 2013). Lebih lanjut, Festival ini sebagai wadah multiaktivasi GIM, baru pertama ada di Indonesia, meliputi kegiatan; kotak cakrawala, kartupedia, kemas-kemas sains, teater dongeng, dan melodi ceria. Kelima kegiatan yang terdapat di dalam festival GIM adalah belajar dan mengajar. Kepedulian masyarakat terhadap kondisi dunia pendidikan yang masih dibawah standar penetapan UNESCO terlihat pada data peserta festival GIM. Berkat dukungan masyarakat, Gerakan Indonesia Mengajar telah banyak mengalami kemajuan, berkontribusi dalam menjamin kecerdasan bangsa yang merupakan janji kemerdekaan Indonesia terkandung dalam UUD 1945.
Menurut laporan UNESCO (lihat link www.dw.de, Gaby, 2014) guru dan pelajaran adalah kunci pendidikan dunia. Antaranews mengabarkan dunia pendidikan Indonesia pada saat ini sedang dalam kondisi gawat darurat yang muncul dari pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada saat diwawancarai (Puspa, 2014). Lebih lanjut, pertemuan yang dihadiri oleh dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia di kantor KemendikBud, senin tanggal 1-12-2014, dalam pemaparan materi yang disampaikan oleh Anies Baswedan bahwa hasil buruk dunia pendidikan Indonesia disebabkan oleh fakta-fakta (lihat kompas.com, Robertus, 2014):
1)Sebanyak 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan; 2)Nilai rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5, padahal nilai standar kompetensi guru adalah adalah 75; 3)Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve; 4)Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti; 5)Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA)…tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA…cenderung stagnan; 6)Indonesia menjadi peringkat 103 dunia…angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan di luar sekolah di Indonesia…
Masalah yang dihadapi dunia Pendidikan Indonesia berdasarkan fakta-fakta yang disajikan di atas berkaitan dengan mutu pendidikan meliputi layanan sekolah yang masih belum memadai, kualitas guru itu sendiri yang dinilai masih kurang, terbatasnya akses pendidikan dikarenakan tidak didukung oleh infrastruktur yang tidak memadai khususnya di daerah-daerah Indonesia yang terpencil, lemahnya regulasi dari pihak sekolah terhadap peserta didik sehingga seringkali terlibat dalam kekerasan seperti tauran antar pelajar di luar batas lingkungan sekolah, rekruitmen anggota baru geng yang melibatkan kekerasan berikut benturan antar geng di dalam sekolah, dan potensi untuk menjadi sarang peredaran narkoba. Dengan ini, Sudahkah kita sebagai rakyat Indonesia memberikan apresiasi kepada pemerintah atas kondisi dunia pendidikan pada saat ini?
Standar yang diberlakukan oleh UNESCO dalam menilai kualitas pendidikan Indonesia. Kualitas guru masih dinilai kurang, terbatasnya tenaga pengajar yang tersedia di daerah terpencil dan kesedian guru untuk mengajar anak-anak yang putus sekolah sangat minim. Dengan ini, Anies Baswedan menyatakan bahwa buruknya dunia pendidikan Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi ini adalah tanggung jawab kita (lihat AntaraNews, Puspa, 2014). Dengan ini, permasalahan yang diangkat menitik beratakan pada persoalan, apa yang menjelaskan keberhasilan Gerakan Indonesia Mengajar (GIM)?
Munculnya Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) berikut perkembangannya membuat kita bertanya-tanya sebenarnya apa yang memotivasi seseorang untuk ikut terlibat dalam aksi kolektif terlebih hanya sebatas tenaga pengajar sukarela. Kita semua mengetahui bahwa masyarakat modern sudah terinfeksi budaya materialis. Budaya ini mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang dalam konteks sosial. Rasionalitas adalah manifestasinya. Seseorang akan memiliki berbagai pertimbangan berkaitan dengan perhitungan untung-rugi ketika berhubungan dengan orang  lain. Dengan ini, Setiap orang akan memaksimalkan keuntungan dan menjauhi kerugian inheren dalam masyarakat modern.
Proses pembingkaian dalam literatur gerakan sosial dan aksi kolektif diyakini mampu  menjawab dan menjelaskan keberhasilan Gerakan Indonesia Mengajar. Menurut Snow dan Benford pada awalnya konsep pembingkaian atau frame pertama diperkenalkan oleh Erving Goffman, dalam melihat bagaimana aktor-aktor membuat rasa dunia sosial mereka (editor Enrique dkk, 1994, h. 190). Untuk Goffman, frame memiliki fungsi penafsiran terhadap dunia luar yang dimaksudkan sebagai cara memobilisasi pengikut potensial dan untuk melumpuhkan antagonis (Benford dan Snow, 2000, h. 614). Dengan ini, pembingkaian adalah entitas yang fokus pada realitas, sedangkan yang dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan adalah sebagai cara atau upaya yang digunakan untuk mengartikulasikan realitas – framing process.
Snow dan kolega-kolegaNya mendefinisikan proses pembingkaian adalah upaya-upaya strategis yang dilakukan secara sadar oleh sekelompok orang untuk menampilkan pemahaman yang sama mengenai dunia dan diri mereka sendiri, yang melegitimasi dan memotivasi aksi-aksi kolektif (editor Quintan, 2012, h. 17). Dengan perkataan lain, seperangkat instrumen pemaknaan dan keyakinan bersama yang menginspirasi aksi kolektif. Dengan ini jelas bahwa framing process berkaitan dengan gerakan sosial dan bertanggungjawab terhadap mobilisasi sumberdaya.
Ketidaksesuaian antara fakta-fakta empiris dan janji-janji bangsa yang terkadung dalam UUD 1945 tentang mencerdaskan kehidupan bangsa, didefinisikan sebagai frame nasionalisme. Kebutuhan akan perubahan yang sejalan dengan cita-cita bangsa mendorong orang lain untuk bertindak dalam merealisasikan perubahan yang dimaksudkan. Mobilisasi sumberdaya GIM beroperasi melalui proses sosialisasi. Florance Passy (Donatella, 2006, h. 118-119) membedakan tiga jenis proses dalam mempengaruhi partisipasi aksi-aksi kolektif; sosialisasi, hubungan struktural, dan fungsi membentuk jaringan dalam proses mobilisasi.
Melalui sosialisasi, penggiat aksi-aksi kolektif berusaha menguraikan realitas yang bermakna kepada orang-orang untuk memahami isu-isu sosial yang sesuai dengan upaya kolektif. Pemahaman bersama memungkinkan orang-orang menjadi bagian dari aksi kolektif ditandai dengan aktualisasi tindakan mereka. Hubungan struktural yang dimaksud adalah keterbukaan peluang bagi seseorang karena berhubungan dengan organisasi-organisasi dan oranglain yang sudah terlibat atau berpartisipasi dalam aksi-aksi kolektif. Berikutnya adalah pembentukan jaringan menentukan mobilisasi sumberdaya, hal ini sangat tergantung pada sifat dan karakteristik suatu gerakan sosial dan aksi kolektif dalam memposisikan kolektifitasNya di ruang publik. Dengan ini, tiga proses mobilisasi sumberdaya yang dibedakan oleh Florance pada konteks GIM proses sosialisasi adalah strategi yang digunakan sejauh penjelasan data-data yang tersaji.
 Berdasarkan cara yang dicapai, sosialisasi diklasifikasikan menjadi dua bentuk; sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatif. Sosialisasi represif ialah menekankan pada kepatuhan dan memberikan hukuman kepada perilaku yang dianggap keliru, sebaliknya, menekankan otonomi dan memberi imbalan terhadap perilaku yang sesuai adalah sosialisasi partisipatif (Damsar, 2011,h. 68). Pada konteks gerakan sosial, partisipatif adalah cara yang dicapai oleh GIM dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan besar dari masyarakat. Secara eksplisit, Pernyataan Anies tentang kondisi dunia pendidikan Indonesia pada saat ini yang buruk bukan menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan kita sebagai bangsa Indonesia. Perkataan kita telah merepresentasikan keotonomian seluruh rakyat Indonesia untuk turut mengambil andil dalam pembenahan dunia pendidikan yang sedang mengalami kegagalan. Secara implisit, festival belajar-mengajar yang diadakan oleh GIM terdapat indikasi bahwa aksi kolektif ini sebagai saluran relasi sosial bagi pendaftar. Dengan ini, motivasi yang dibangun oleh Anies Baswedan terhadap masyarakat menumbuhkan semangat nasionalisme sebagai tanggungjawab bersama demi keutuhan dan keberlanjutan yang lebih baik dunia pendidikan Indonesia.
Proses pembingkaian bersama mobilisasi sumberdaya. Konstruksi semangat nasionalisme untuk aksi-aksi kolektif akan terkait dengan perasaan aktor. Hubungan negatif antara rasionalitas masyarakat dan peran perasaan psikologis para aktor tidak mendukung mobilisasi sumberdaya. Tindakan sukarela dari aktor dalam masyarakat modern tampaknya sangat berlebihan untuk diungkapkan. Oleh karena itu, menimbang rasionalitas masyarakat, munculnya gerakan sosial terhadap isu-isu sosial politik tertentu diikuti dengan komunikasi dan organisasi yang canggih. Rajendra dalam buku Menuju Gerakan Sosial Baru (GSB) menjelaskan bahwa gerakan kontemporer adalah sebuah sistem yang terorganisir secara rasional (2002, h. 26). Dengan ini, tidak menutup kemungkinan bahwa, aktor-aktor yang termobilisasi dalam suatu aksi kolektif dapat dikatakan rasional.
 Menurut Tilly dan rekan-rekannya (Rajendra,  2002, h. 29) bersepakat karakteristik dan sifat gerakan sosial sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan masyarakat. Gerakan Indonesia Mengajar mentransformasikan penyelenggaraan festival yang diikuti oleh peserta pendaftar menjadi medan undangan seruan-seruan yang disengaja oleh organisasi dan undangan pertemuan organisasi-organisasi lain. Indonesia Mengajar yang diinisiasi oleh Anies Baswedan pada awalnya merupakan organisasi formal yang memiliki strutur birokratis yang jelas. Dengan ini, sumberdaya yang tersedia bagi mobilisasi Gerakan Indonesia Mengajar tidak sebagai aktor-aktor yang terceraiberai melainkan aktor-aktor yang menghimpun diri dalam bentuk asosiasi-asosiasi otonom dan memiliki kepentingan yang sejalan dengan kepentingan tujuan kolektif dari GIM.
Proses sosialisasi yang dikemas dengan komunikasi yang cakap terhadap isu-isu yang diangkat di permukaan publik akan mendukung keberhasilan aksi kolektif ditandai dengan partisipasi asosiasi dalam masyarakat. Startegi Indonesia Mengajar untuk memobilisasi sumberdaya menggunakan aktor politik yaitu Anies Baswedan yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Budaya. Penggunaan aktor politik relevan dengan upaya strategis yang digunakan gerakan sosial klasik, asumsi bahwa kefektifan dan keberhasilan aksi kolektif dipahami dalam arti...aktornya dikenali sebagai tokoh politik (Rajendra,  2002, h. 27). Dengan ini, GIM merupakan kombinasi gerakan sosial klasik dan baru yang rasional melibatkan pengorganisasian asosiasi-asosiasi masyarakat sebagai sumberdaya potensial melalui proses sosialisasi yang dilakukan oleh aktor politik.
Kemunculan Gerakan Indonesia Mengajar tidak dimotori oleh keadaan konflik atau konfliktual Indonesia. Mario Diani (Donatella, 2006, h. 20-21) mengklasifikasikan tiga mekanisme melalui mana aktor terlibat dalam tindakan kolektif: 1)terlibat dalam hubungan konflik dengan identifikasi lawan yang jelas; 2) dihubungkan oleh jaringan yang padat; 3)berbagi identitas yang berbeda. Mekanisme kemunculan GIM berpraanggapan didukung oleh perkembangan identitas kolektif.
Gerakan Indonesia Mengajar bercirikan gerakan sosial baru yang bersifat rasional – terorganisasi dan kecakapan komunikasi. Organisasi formal yang di prakarsai oleh Anies Baswedan yang berorientasi pendidikan mengambil tempat keberhasilannya menjadi aksi kolektif pada penyelenggaraan festival Indonesia Mengajar sebagai cara menghimpun dan mengorganisasi keberadaan asosiasi atau organisasi lainnya yang serupa. Lebih lanjut, Mario Diani memperlakukan identitas kolektif berhubungan dengan pengakuan yang menjadi keterhubungan. Pada setiap aktor penggiat pendidikan di Indoensia melalui penyelenggaraan festival Indonesia Mengajar akan membawa komitmen berikut tujuan bersama yang bertendensi mengakui bahwa akan saling terhubung dengan aktivis pendidikan lainnya. Dengan ini, identitas kolektif adalah mekanisme dengan mana aktor atau asosiasi terlibat dalam Gerakan Indonesia Mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Perwitasari, Puspa, Mendikbud: Pendidikan Indonesia Dalam Kondisi Gawat Darurat, AntaraNews.com, 2014, [dilihat pada tanggal 29 Juni 2017]. http://www.antaranews.com/berita/467070/mendikbud--pendidikan-indonesia-dalam-kondisi-gawat-darurat
Belarminus, Robertus, Anies Baswedan Sebut Pendidikan Indonesia Gawat Darurat, Kompas.com, 2014, [dilihat pada tanggal 29 Juni 2017]. http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/01/13455441/anies.baswedan.sebut.pendidikan.indonesia.gawat.darurat
Reucher, Gaby, UNESCO Peringatkan Krisis Pendidikan Dunia, 2014, [dilihat pada tanggal 29 Juni 2017]. http://www.dw.de/unesco-peringatkan-krisis-pendidikan-dunia/a-17394084
Latief, Tertarik Menjadi Relawan Festival Gerakan Indonesia Mengajar, Kompas.com, 2013, [dilihat pada tanggal 30 Juni 2017  ]. http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/03/1359510/Tertarik.Menjadi.Relawan.Festival.Gerakan.Indonesia.Mengajar.
Larana, Enrique, Johnston Hank, dan Joseph R Gusfield (editor), New Social Movements From Ideology to Identity, edk 1, Philadelphia: Temple University Press, 1994.
Benford, D Robert dan David, A Snow, Framing Processes And Social Movements: An Overview And Assessment, Annu.Rev.Sociol.hal: 611-639, 2000.
Wiktorowicz, Quintan (editor), Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Sosial, trans Nurul Agustina dan Ihsan Ali-Fauzi, edk digital, Jakarta: Democracy Project yayasan Abad Demokrasi, 2012.
Porta, Della Donatella dan Mario Diani, Social Movements An Introduction, edk 2, Blackwell Publishing, 2006.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.

No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...