Thursday, July 11, 2019

Fenomena Iri Hati, Dengki, Julid, Nyinyir

Jadi kita akan mulai bahas, bagaimana fenomena iri hati dengki lalu nyinyir kemudian julid ini bermula dan berakhir.

Kayaknya hampir semua orang mungkin pernah ada pengalaman iri sama orang lain. Entah disebabkan oleh apa. “Kok dia enak banget sih kerjanya” “dia apaan sih kerjanya??” “padahal dia ngga pinter banget, tapi kok bisa ya?”

Dari iri hati dengki, nyinyir sampai akhirnya jahat banget? Pernah nemu yang begini?
Gue juga pernah kok iri hati sama beberapa teman gue yang kelihatannya udah keren dan sukses banget. Setiap kali ada teman gue yang lagi lanjut studi lagi, pasti dalam hati gue kadang suka “nyesss” alias iri kok orang lain udah bisa ya, gue kapan dong. Apalagi ini masih skripsi woy ! hahaha. Sebagai anak kedua yang harus menyelesaikan studinya di kampus, pernah ada moment dimana setres lihat kesuksesan orang lain. Pernah ngalamin? Santai kalian gak sendirian. Hahaha

Sampai akhirnya, ada satu moment yang gue inget. Beberapa teman sering main ke tempat tinggal gue. Mereka datang kadang buat ngehibur gue sampai ujung-ujungnya ya cerita kehidupan mereka juga.

Pernah yang gue inget satu moment teman gue pernah main dan kita ngobrol ngalor – ngidul sampailah ke topik bagaimana mereka sangat amat mengkhawatirkan besarnya biaya pernikahan di masa depan.

Itu gabut banget aseli, tapi gue yang biasanya kenal mereka sewoles dan santai abis hidupnya, saat yang lain masih sibuk huru-hara mereka dengan serius sudah bahas begituan. Respon gue? Ya nyimak aja cuy ! wkwk

Setelah gue simak juga, akhirnya gue sadar setiap orang punya hal-hal yang mereka risaukan sendiri dan ada pula yang jadi prioritas mereka. Semua itu akhirnya yang menentukan sistem atau mekanisme kehidupan apa yang dipilih orang tersebut.

Makin kesini, gue makin sering denger cerita kehidupan pahit beberapa teman gue yang dulu gue sangat idamkan dan kadang bikin gue iri hati tadi.
Aseli, semua orang hidup dengan cara dan porsinya masing-masing ini bener banget.

Terus iri hati dengkinya gimana?

Menurut gue, perasaan iri hati itu akan selalu ada saat kita tidak pernah merasa cukup. Terus apa itu salah? Tergantung. Kalau iri hati dengki yang bikin kita akhirnya jadi jahat sama orang lain, ya dipikir saja sendiri masa jahatin orang lain gak salah.

Tapi kalau iri hati itu jadi pemicu untuk kita terus bekerja keras sampai titik darah penghabisan, ya selamat berjuang !

Tapi akhirnya gue juga punya mekanisme hidup yang sehat jiwa dan raga sendiri yang bikin gue semakin mengurangi dan menghindari untuk iri hati dengki julid sama orang lain.

Misalnya, kalau gue sampai pada moment yang lebih sering iri lihat kesuksesan orang lain sampai akhirnya gelisah dan ngga senang saat orang lain senang alias julid berarti itu gue berpikir kalau gue lagi sakit. Sakit dalam artian bahwa hidup gue lagi penuh aura negatif. Pernah ngga kalian begini? Kalau sudah begini kalian ngapain?

Kalau sudah begitu, biasanya hilda akan healing dengan cara hilda sendiri:

1. Gue akan gunakan waktu gue untuk sendirian, entah itu baca buku bacaan yang gue suka, jalan-jalan di mall, nongkrong di cafe atau dimanapun.
2. Setelah itu gue akan ketemu banyak orang yang selama ini gue kenal baik karena sering membawa aura positif.
3. Kalau ketemu orang lain terlalu melelahkan, kadang gue akan tidur dan bangun untuk akhirnya berrefleksi hal-hal apa saja yang telah dilalui selama ini.

Ada lagi?

Moment refleksi ini yang amat sangat penting. Dari sanalah gue mulai mengingat kembali apa saja hal yang sudah gue lakuin, capaian apa yang belum diraih, planning mana yang terlalu jauh dari target dan harus segera punya planning baru dan hal-hal lainnya yang bikin gue berpikir bahwa waktu gue terlalu berharga untuk sibuk iri hati dengki sama orang lain.

Selain itu, gue juga yakin kok mereka yang iri hati dengki nyinyir julid sampai jahat adalah mereka yang GAK ADA KERJAAN atau punya banyak waktu luang sampai punya  banyak waktu untuk lakuin hal-hal tadi. Iya gak sih?

Intinya begitulah. Toh gue juga bukan orang yang selalu nerima keadaan kok, kadang gue juga mengutuk kerasnya kehidupan dan ketidakadilan yang fana ini kok. Hehehe.

Tapi akhirnya, tentu saja keputusan harus diambil. Kita boleh saja merasa tidak cukup terus menerus, tapi saya sendiri memutuskan untuk sedikit-dikitnya mulai coba bersyukur. Kalau ngga begitu, lama-lama saya bisa gila. Banyak banget yang dimau. Hehehe.

Oh iya, jangan ragu melepaskan pertemanan yang tidak berjalan baik dan penuh kemunafikan serta iri hati dengki yang berujung jahat.

Gue biasanya kalau iri sama orang lain atau teman, gue orang yang akan ngomong langsung sih. Biar apa? Ya biar gue tahu lah gimana itu orang bisa sukses begitu kan. Hahaha

Tapi beberapa waktu lalu, gue menemukan fakta ada orang yang deket sama gue ternyata menyimpan iri hati dengki dan bikin gue jauh dan hampir kehilangan seseorang yang cukup penting dihidup gue. Ini buat gue jahat sih aseli.

Jadi, yasudahlah. Mekanisme pertemanan yang selama ini gue jalin berarti tidak berfungsi dengan baik, pilihannya ya pertemanannya gak perlu diteruskan.
Sedih ? kecewa ? sampai rasanya hilang karena mati rasa. Hahaha. 

No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...