Jadi
kita akan mulai bahas, bagaimana fenomena iri hati dengki lalu nyinyir kemudian
julid ini bermula dan berakhir.
Kayaknya
hampir semua orang mungkin pernah ada pengalaman iri sama orang lain. Entah
disebabkan oleh apa. “Kok dia enak banget sih kerjanya” “dia apaan sih
kerjanya??” “padahal dia ngga pinter banget, tapi kok bisa ya?”
Dari
iri hati dengki, nyinyir sampai akhirnya jahat banget? Pernah nemu yang begini?
Gue
juga pernah kok iri hati sama beberapa teman gue yang kelihatannya udah keren
dan sukses banget. Setiap kali ada teman gue yang lagi lanjut studi lagi, pasti
dalam hati gue kadang suka “nyesss” alias iri kok orang lain udah bisa ya, gue
kapan dong. Apalagi ini masih skripsi woy ! hahaha. Sebagai anak kedua yang
harus menyelesaikan studinya di kampus, pernah ada moment dimana setres lihat
kesuksesan orang lain. Pernah ngalamin? Santai kalian gak sendirian. Hahaha
Sampai
akhirnya, ada satu moment yang gue inget. Beberapa teman sering main ke tempat
tinggal gue. Mereka datang kadang buat ngehibur gue sampai ujung-ujungnya ya
cerita kehidupan mereka juga.
Pernah
yang gue inget satu moment teman gue pernah main dan kita ngobrol ngalor –
ngidul sampailah ke topik bagaimana mereka sangat amat mengkhawatirkan besarnya
biaya pernikahan di masa depan.
Itu
gabut banget aseli, tapi gue yang biasanya kenal mereka sewoles dan santai abis
hidupnya, saat yang lain masih sibuk huru-hara mereka dengan serius sudah bahas
begituan. Respon gue? Ya nyimak aja cuy ! wkwk
Setelah
gue simak juga, akhirnya gue sadar setiap orang punya hal-hal yang mereka risaukan
sendiri dan ada pula yang jadi prioritas mereka. Semua itu akhirnya yang
menentukan sistem atau mekanisme kehidupan apa yang dipilih orang tersebut.
Makin
kesini, gue makin sering denger cerita kehidupan pahit beberapa teman gue yang
dulu gue sangat idamkan dan kadang bikin gue iri hati tadi.
Aseli,
semua orang hidup dengan cara dan porsinya masing-masing ini bener banget.
Terus iri hati dengkinya gimana?
Menurut gue, perasaan iri hati itu akan selalu ada saat kita tidak pernah merasa cukup. Terus apa itu salah? Tergantung. Kalau iri hati dengki yang bikin kita akhirnya jadi jahat sama orang lain, ya dipikir saja sendiri masa jahatin orang lain gak salah.
Menurut gue, perasaan iri hati itu akan selalu ada saat kita tidak pernah merasa cukup. Terus apa itu salah? Tergantung. Kalau iri hati dengki yang bikin kita akhirnya jadi jahat sama orang lain, ya dipikir saja sendiri masa jahatin orang lain gak salah.
Tapi
kalau iri hati itu jadi pemicu untuk kita terus bekerja keras sampai titik
darah penghabisan, ya selamat berjuang !
Tapi
akhirnya gue juga punya mekanisme hidup yang sehat jiwa dan raga sendiri yang
bikin gue semakin mengurangi dan menghindari untuk iri hati dengki julid sama
orang lain.
Misalnya,
kalau gue sampai pada moment yang lebih sering iri lihat kesuksesan orang lain
sampai akhirnya gelisah dan ngga senang saat orang lain senang alias julid
berarti itu gue berpikir kalau gue lagi sakit. Sakit dalam artian bahwa hidup
gue lagi penuh aura negatif. Pernah ngga kalian begini? Kalau sudah begini kalian
ngapain?
Kalau
sudah begitu, biasanya hilda akan healing dengan cara hilda sendiri:
1. Gue akan gunakan
waktu gue untuk sendirian, entah itu baca buku bacaan yang gue suka, jalan-jalan
di mall, nongkrong di cafe atau dimanapun.
2. Setelah itu
gue akan ketemu banyak orang yang selama ini gue kenal baik karena sering
membawa aura positif.
3. Kalau ketemu
orang lain terlalu melelahkan, kadang gue akan tidur dan bangun untuk akhirnya
berrefleksi hal-hal apa saja yang telah dilalui selama ini.
Ada
lagi?
Moment
refleksi ini yang amat sangat penting. Dari sanalah gue mulai mengingat kembali
apa saja hal yang sudah gue lakuin, capaian apa yang belum diraih, planning
mana yang terlalu jauh dari target dan harus segera punya planning baru dan hal-hal
lainnya yang bikin gue berpikir bahwa waktu gue terlalu berharga untuk sibuk
iri hati dengki sama orang lain.
Selain
itu, gue juga yakin kok mereka yang iri hati dengki nyinyir julid sampai jahat
adalah mereka yang GAK ADA KERJAAN atau punya banyak waktu luang sampai punya banyak waktu untuk lakuin hal-hal tadi. Iya
gak sih?
Intinya
begitulah. Toh gue juga bukan orang yang selalu nerima keadaan kok, kadang gue juga
mengutuk kerasnya kehidupan dan ketidakadilan yang fana ini kok. Hehehe.
Tapi
akhirnya, tentu saja keputusan harus diambil. Kita boleh saja merasa tidak
cukup terus menerus, tapi saya sendiri memutuskan untuk sedikit-dikitnya mulai
coba bersyukur. Kalau ngga begitu, lama-lama saya bisa gila. Banyak banget yang
dimau. Hehehe.
Oh
iya, jangan ragu melepaskan pertemanan yang tidak berjalan baik dan penuh
kemunafikan serta iri hati dengki yang berujung jahat.
Gue
biasanya kalau iri sama orang lain atau teman, gue orang yang akan ngomong
langsung sih. Biar apa? Ya biar gue tahu lah gimana itu orang bisa sukses begitu
kan. Hahaha
Tapi
beberapa waktu lalu, gue menemukan fakta ada orang yang deket sama gue ternyata
menyimpan iri hati dengki dan bikin gue jauh dan hampir kehilangan seseorang yang
cukup penting dihidup gue. Ini buat gue jahat sih aseli.
Jadi,
yasudahlah. Mekanisme pertemanan yang selama ini gue jalin berarti tidak berfungsi
dengan baik, pilihannya ya pertemanannya gak perlu diteruskan.
Sedih
? kecewa ? sampai rasanya hilang karena mati rasa. Hahaha.
No comments:
Post a Comment