Saturday, June 26, 2021

Dari Perempuan Untuk Perempuan

Catatan ini untuk para perempuan yang mengambil peran sebagai anak dan atau menantu, istri dan atau ibu, saudara dan atau ipar, tetangga dan warga Negara. Yang berkarya, yang bekerja diluar rumah, memilih berdaya dengan sukarela sepenuh hatinya. Perempuan yang berkontribusi lewat berbagai bidang dan cara. Sebagian perempuan mengalami hambatan bahkan celaan harian dari lingkungan.

Sebagai perempuan sekedar membuat pilihan saja sudah menantang. Kita kerap didera perasaan bersalah walau memiliki tujuan mulia. Tidak sedikit perempuan yang cemas dengan kemampuannya sendiri, tidak jarang malah menganggap rendah dirinya sendiri, tidak heran karena penelitian menunjukkan: sukses berkorelasi positif untuk laki-laki namun kerap membawa konsekuensi negative bagi perempuan. Menjadi sukses dan disukai bukan hal biasa untuk perempuan justru kerap bertolak belakang. Kenyataan disekeliling menunjukkan terkadang ambisi yang kita miliki dianggap bertentangan dengan tradisi, pekerja perempuan yang mengupayakan posisi  dianggap hanya memikirkan diri sendiri.

Mereka yang berani unjuk diri, seringkali justru dihindari, bahkan saat sudah berhasil pun walau sukses membawa manfaat bagi orang banyak pun cibiran masih mungkin datang. Menjadi berhasil bagi seorang perempuan bisa saja memicu hal negative; dianggap begini, dinilai begitu, ditakar macam-macam. Banyak yang harus diperbaiki tapi mari memulai dari diri sendiri. tidak ada yang lebih tahu siapa perempuan selain kita sendiri. Harga diri tidak ditentukan oleh orang lain melainkan berasal dari pengenalan atas diri sendiri, tahu kekuatan dan kekurangan sendiri, dan yang terpenting paham apa yang hendak dikejar dan direalisasikan.

Defisini kepercayaan diri adalah mengetahui impian masing-masing. Mereka yang gagal menghargai diri sendiri tak punya kesempatan kedua untuk menilai orang lain apalagi menghakimi sesama perempuan. Perempuan harusnya saling bergandengan tangan bukan malah saling menjatuhkan. Mungkin karena kita melihat hidup sebagai ajang kompetisi karena perempuan punya keterbatasan ruang yang didominasi laki-laki. Jadi tanpa sering kita sadari kita kerap khawatir, cemas, segalanya tidak pernah cukup untuk diri sendiri. Akibatnya, siapapun bisa dianggap sebagai ancaman, gerak gerik sejawat bisa dicurigai sebagai tentangan.

Ada fenomena yang dikenal dengan istilah “queen bee syndrome” hasil penelitian mengungapkan: sekitar 58% perundung ditempat kerja adalah perempuan dan hampir 90% dari mereka memilih perempuan lainnya sebagai korban. Padahal menjadi positif bukan tanda kita lemah, mendukung mereka yang berhasil bukan berarti kita mengakui kegagalan. Yakin bahwa kesuksesan tidak perlu diperebutkan dan kerja bersama bisa lebih didahulukan akan membuat perempuan tidak pernah sendirian. Kita ditemani oleh yang lain, oleh perempuan yang lain.

Mari bicarakan pencapaian teman kerja perempuan kita. Mengapa itu perlu? Karena jika laki-laki dipromosikan karena potensinya, perempuan hanya berdasar performa yang sudah dibuktikannya. Jangan mengikuti gaya mereka yang kerap memperkenalkan pemimpin perempuan didepan umum bukan dengan pengakuan akan keahlian tetapi pujian pada penampilan. Jika tidak ada yang sudi mempromosikan seorang perempuan, biar sesama perempuan pula yang menjadi jurkamnya. Mari lebih menunjukkan empati dan kemurahan hati, menjauhi kecemburuan, menghindari runcingnya perasaan bersalah yang kerap mendera perempuan. Saya mengalaminya, dan terus berlatih untuk lebih baik setiap hari.

Perempuan sudah terbiasa bekerja lebih keras dibandingkan dengan para pria. Perempuan biasanya lebih rajin, lebih tekun, lebih konsisten karena seringkali pintu-pintu yang terbuka mudah untuk laki-laki itu justru masih harus diketuk atau didobrak lebih keras oleh perempuan. Jadi mari membangun lingkaran kekuatan antar perempuan. Lingkaran untuk berbagi pikiran dan perasaan, juga memupuk keberanian. Percayalah kita tidak pernah sendirian jika mau membangun lingkaran.


No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...