Wednesday, July 14, 2021

Kenapa Perempuan Harus Memilih?

 

Sebagai perempuan membuat pilihan seringkali menjadi tantangan. Kerapkali kita ditanya “bekerja atau menjadi ibu rumah tangga?” seolah-olah memilih salah satu akan mengorbankan yang lainnya. Pilihan bekerja akan dilihat sebagai pilihan yang melawan kondrat, sementara pilihan menjadi ibu rumah tangga akan membuat perempuan dinilai mengorbankan bakat. Dilema dan penghakiman yang tidak pernah dialami oleh laki-laki. Kapan kita pernah mendengar seorang laki-laki ditanya “mau berkarir atau menjadi ayah yang baik?”.

Setiap kali perempuan bimbang mengambil pilihan. Orang-orang dengan gampang memvonis perempuan memang ribet. Kami bukan makhluk yang ribet juga tidak ingin ribet. Cara pandang dunia atas perempuan yang membuat kami harus berimbang lebih banyak saat harus mengambil pilihan. Jika kami kadang tampak bimbang atau ribet, percayalah itu hanyalah akibat bukan pembawaan.  Mari tegaskan satu hal, perempuan itu selalu multiperan dan semuanya hadir dengan tuntutan. Tidak ada satupun dari kita yang kekurangan pekerjaan; menjadi pengurus komite di Sekolah, aktif kegiatan pengajian di lingkungan, bekerja dari rumah dengan jam kerja fleksible dan beragam bentuk lain.

Di era digitalisasi teknologi ini perempuan bekerja dalam berbagai bentuk dan aktivitas yang bervariasi. Itu artinya jumlah perempuan yang berkarya di Negeri ini luar biasa besar. Tapi dukungan yang diberikan baik dari lingkungan maupun kebijakan seringkali tidak sepadan dengan kontribusi yang kita berikan. Ketika seorang perempuan memutuskan untuk bekerja di luar rumah, faktor-faktor yang dihadapi masih akan tetap ada bentuknya bisa macam-macam, dari mulai tradisi, norma, stereotype bahkan hukum positif.

Ada 104 Negara di dunia ini punya Undang – Undang yang mencegah perempuan bekerja di pekerjaan tertentu. 18 Negara bahkan mempunyai aturan yang memungkinkan suami mencegah istri-istri mereka bekerja. Secara global ada sekitar 2,7 Milyar perempuan yang secara hukum dilarang memiliki pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Di Indonesia, jika dirata-rata dari 100 orang perempuan yang masuk usia produktif hanya sekitar 51 – 52 perempuan yang termasuk angkatan kerja. Bandingkan dengan laki-laki yang mencapai sekitar 83 orang. Kalaupun bekerja, perempuan dibayar lebih rendah dari laki-laki. Perempuan hanya mendapatkan gaji 77% dari apa yang diperoleh laki-laki.

Kita perlu mendorong lebih banyak lagi kebijakan yang berpihak pada perempuan bukan sekedar untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman tapi untuk mengembangkan potensi setiap orang, bukan sekedar untuk mendapatkan uang tetapi menjadi teladan, bukan hanya mendukung perekonomian tapi menjalankan hak asasi yang melekat disetiap orang. Ya, bukan hal yang mudah karena tekanan muncul bukan hanya dari lingkungan sekitar bahkan terdekat tapi juga keraguan dari dalam diri yang kerap membuat perempuan didera perasaan bersalah.

Apapun karya yang kita lakukan diluar peran sebagai ibu terkadang memunculkan kekhawatiran “sudahkah saya menjadi ibu yang baik?” padahal ibu yang bekerja berapapun waktunya jelas tetap ibu sepenuh waktu. Memang ada lebih banyak tantangan tapi bukan berarti kita tidak bisa merasa bahagia ketika melakukan keduanya. Bahagia dan ibu bekerja adalah kata yang sejalan maknanya, menjadi ibu dan terus berkarya adalah dua peran yang kita pilih untuk saling melengkapi bukan saling menegasi.

Perempuan tidak harus memilih, kita bisa mendapatkan keduanya, kita layak dan berhak melakukan itu tanpa diliputi kekhawatiran akan celaan dari sekitar. Wajar jika tetap ada keraguan, keputusan seorang perempuan biasanya didasari oleh pertimbangan yang lebih kompleks. Semakin kompleks situasinya kian tidak merdeka seorang perempuan mengambil sikap. Saya mungkin punya kemerdekaan, anda juga mungkin memilikinya tapi dunia tidak hanya berputar disekeliling kita, ada dunia-dunia perempuan lain yang masih serba tertutup, serba mengekang juga serba membatasi.

Tugas perempuan yang diberkahi cukup kemerdekaan adalah mendorong perempuan lain untuk lebih berani menunjukkan sikap. Ciri perempuan kuat itu adalah yang percaya diri dan berani unjuk kemampuan. Kita adalah pekerja keras dimanapun kita berada dan berusaha bahkan di lingkungan yang didominasi laki-laki. Tidak perlu didera kekhawatiran dan perasaan bersalah ketika kita berhasil menunjukkan karya. Saya percaya jika setiap perempuan memiliki dosis kemerdekaan untuk berbuat, bertindak dan berkarya maka dunia akan merasakan perubahan yang benar-benar nyata.

No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...