Friday, August 10, 2018

Stop jadi Partisipan Politik yang Afektif

Siapapun yang akan jadi presiden dan wakil presiden, mereka adalah yang terpilih untuk membangun Negara menjadi lebih baik lagi. Sebetulnya, musuh kita bukanlah lawan politik yang tidak sesuai dengan pilihan kita, tapi permasalahan yang ada di Negeri inilah yang harus dilawan. 


Pertimbangan Pak Jokowi memilih KH. Ma’ruf Amin tentu saja berkaitan dengan pembenahan akhlak masyarakat yang saat ini sudah membelok demi mewujudkan revolusi mental yang diharapkan, mengingat latar belakang KH. Ma’ruf Amin yang menjabat sebagai ketua MUI yang paham mengenai dalil-dalil agama sehingga mampu diaplikasikan ke dalam suatu bentuk kebijakan pemerintahan.


Berkaca pada prestasi Pak Sandiaga Uno inilah yang bisa menjadi tolak ukur Pak Prabowo dalam memilih beliau sebagai calon Wakil Presiden. Mengingat kekayaan Indonesia yang hingga saat ini belum mencapai ekspektasi yang tinggi. Dengan pengalamanya sebagai seorang salah satu pengusaha terbaik di Indonesia yang sukses, Pak Prabowo ingin membangun atau bahkan mengembalikan kekayaan rakyat Indonesia secara merata.


Bicara mengenai Track Record, masing-masing Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden memiliki record baik dan buruk.


Pak Jokowi berhasil dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, bahkan hingga ke tempat-tempat terpencil sekalipun. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana jalan tol mulai dibangun demi meningkatkan perekonomian di Indonesia, serta dibangunnya jalan Trans-Papua sehingga akses-akses yang berada di sana mudah untuk dilalui dan membantu perkembangan daerah tersebut jadi lebih baik lagi. Namun tentu saja, Pak Jokowi tak luput dari kesalahan. Permasalahan mengenai mobil Esemka yang bak hilang ditelan bumi, penyelesaian kasus Novel Baswedan yang tak kunjung usai dan maraknya kasus kriminalisasi Ulama dianggap sebagai record buruk Pak Jokowi.


Perihal KH. Ma’ruf Amin, terlintas dalam pikiran saya bahwa beliau sudah sepuh sekali, mengapa tak sebaiknya beliau mengurus umat lewat narasi dan mimbar keagamaan saja. Namun, beliau yang berlatar belakang sebagai Ulama dan menjabat sebagai ketua MUI pun memiliki record yang baik. Fatwa-fatwa Ulama yang telah disepakati dibawah kepemimpinannya dianggap mampu merubah pola hidup dan pola pikir masyarakat Indonesia menjadi lebih baik lagi. Salah satunya adalah Fatwa mengenai pedoman penggunaan medsos yang sangat didukung oleh banyak pihak. Tapi tetap saja akan ada pro kontra dalam hidup ini. Fatwa-fatwa lain yang telah diutarakan oleh MUI pun juga memiliki kotroversi sehingga menimbulkan perdebatan. Entah itu fatwa-fatwa mengenai BPJS yang tidak sesuai Fiqih, Fatwa rokok, atau bahkan pelarangan menggunakan kostum MU yang saat ini masih jadi polemik.


Pak Prabowo pun memiliki Track Record yang baik, entah dari segi militer maupun bidang olahraga. Kopassus dibawah kepemimpinannya, berhasil menjadi satuan-satuan elite terbaik didunia. Tahun 2014, selaku Ketua Polo Berkuda Indonesia, beliau berhasil menjadikan tim Indonesia sebagai tim terbaik Asia dan menjuarai kompetisi Internasional. Namun tentu saja, permasalahan mengenai aktivitas 98 yang tak kunjung terungkap hingga beredarnya surat pemecatan, serta permasalahan rumah tangga yang berujung perceraian membuat ia dianggap bukan sosok Calon Presiden yang berkredibilitas. 


Pak Sandiaga Uno yang merupakan lulusan George Washington University dengan IPK sempurna (4,00), mampu menjadi pengusaha yang sangat handal dan masuk jajaran pengusaha terkaya Indonesia versi majalah Forbes, dan juga penerima penghargaan “Indonesia Entrepeneur of the Year 2008” pada ajang Anterprise Asia. Namun beberapa kebijakan yang ia buat selama menjadi wakil gubernur, salah satunya yaitu OK OC dianggap masih belum merata, hingga revitalisasi Tanah Abang yang dianggap justru menimbulkan masalah baru. 


Jadi, kurang lebihnya begitu lah Track Record dari masing-masing Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.   Namun cobalah lihat ketulusan hati mereka yang ingin mengabdi kepada Bangsa dengan hati yang tulus. Siapapun yang terpilih, mereka hanyalah butuh do’a, dukungan, serta kritikan positif dalam membangun Bangsa.      Musuh Negara kita bukan hanya polemik yang terjadi hingga saat ini, tapi juga pola pikir yang berlebihan membenci seorang tokoh namun hanya mampu melihat dari rekor buruknya saja. Orang yang memiliki pemikiran seperti itu sangat mudah untuk dijadikan boneka pemecah belah Bangsa. 


Semoga kita bisa menjadi partisipan politik yang mampu menggunakan dan menjalankan demokrasi yang baik. Stop memecah belah. Satu suara itu penting, namun jangan menjadi orang sinting yang hanya mampu negative thingking. Siapapun yang terpilih, harus kita dukung, karena mereka punya niatan tulus dalam membangun Bangsa dan Negara yang diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Tentukan Sendiri Definisi Cantikmu

  Mereka bilang kamu cantik; “andai badanmu lebih langsing lagi, lemak di perutmu masih menggelambir, kamu wajib diet, potong jatah makanmu,...